Interpersonal Skill dan Intrapersonal Skill dalam meraih Job Satisfaction
Memahami Diri
Sendiri
dan Orang
Lain untuk Mewujudkan Life Goals
Berbicara
mengenai “ memahami diri sendiri “, dalam dunia Psikologi ada yang disebut
dengan Intrapersonal Skill. Howard gardner, dalam buku Frames of
Mind, mendefinisikan intrapersonal intelligence (skill) sebagai sensitivitas
seseorang terhadap perasaannya, keinginannya, hal-hal yang mengancam dirinya,
riwayat hidupnya. . Individu yang mengetahui banyak hal, tetapi tidak
mengetahui dirinya, sama saja dengan tidak mengetahui apa pun. Sama halnya
ketika seseorang mempunyai tujuan dalam pekerjaannya maka ia harus lebih dulu
mengetahui tentang kemampuan dirinya.
GRIT
McClelland
(1961) mengartikan grit sebagai “as a drive to complete manageable goals that
allow for immediate feedback on performance “. Grit adalah ketekunan
(perseverance) dan semangat (passion) untuk tujuan jangka panjang.
4 Area Grit menurut Duckworth:
1. Minat yang menggairahkan (Passion)
Setiap
individu harus menemukan minatnya. Mereka harus mencari aktivitas yang mereka
cintai sampai – sampai lupa waktu karena asik melakukan aktivitas itu.
2. Lihat kemunduran (setback sebagai prasyarat
kesuksesan)
Ketika
kita dihadapkan oleh suatu kegagalan, janganlah menganggapnya sebagai kegagalan
yang permanen. Tapi anggaplah kegagalan tersebut sebagai tanda bahwa anda akan
berhasil. Jadikanlah sebagai suatu pembelajaran.
3. Cara membuat pekerjaan menjadi bermakna
Setiap
individu memang harus mempunyai life goalsnya masing – masing. Tetapi kita
jangan lupa untuk membuat life goals kita dapat bermanfaat bagi orang lain
4. Percaya bahwa setiap individu dapat berubah
dan bertumbuh
Ketika
kita mengalami kegagalan, janganlah menyerah begitu saja. Kita harus berpikir
bahwa kita mampu untuk bangkit.
Mengapa
grit ini sangat dibutuhkan dalam bekerja?
Grit
membantu seseorang untuk selalu bekerja keras mencapai life goalsnya. Bakat
saja tidak cukup. Ketika seseorang mempunyai bakat tetapi dia pesimis dalam
hidupnya, maka sulit baginya untuk meraih life goalsnya. Setiap orang harus
bekerja keras, harus mempunyai rasa kesungguhan dalam diri untuk menghasilkan
sesuatu. Mereka harus yakin bahwa mereka mampu meraih tujuannya.
Interpersonal Skill
Interpersonal
skill adalah kecakapan atau keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, baik dalam berkomunikasi verbal maupun non
verbal dengan tujuan untuk mengembangkan kerja secara optimal.
Menurut
Spitzberg & Cupach (dalam Muhamad) Lukman 2000:10) : “kemampuan
seorang individu untuk melakukan komunikasi yang efektif”. Kemampuan ini
ditandai oleh adanya karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang
sangat mendukung dalam menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang baik
dan memuaskan.
Interpersonal
skill berkaitan dengan Kecerdasan Emosi (EQ). Kecerdasan emosi
adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi serta
menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran
diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial.
(Goleman, 1955).
Banyak
tantangan yang harus diterobos oleh karyawan, salah satu cara untuk menerobos
berbagai tantandan tersebut adalah dengan “Emosi” (emosi yang saya maksud
beberda dengan emosi agresi). Goleman (1997) mengatakan bahwa emosi
berperan besar terhadap suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan
“rasional”. Jadi kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu individu dalam
mengatasi konflik secara tepat dan menciptakan kondisi kerja yang menggairahkan
sehingga menghasilkan prestasi kerja yang tinggi pula.
Misalnya
seperti ini, Robby seorang karyawan di perusahaan X mempunyai target yang harus
dicapainya. Dalam menjalankan ‘target’ nya pasti selalu ada tantangan dari
luar. Robby berusaha untuk mengendalikan emosinya dengan baik, contohnya ketika
dia sedang dihadapkan oleh 2 pilihan, dia akan memilihnya dalam keadaan emosi
yang positif. Ketika dia ada konflik dengan rekannya, ia berusaha untuk
memancarkan emosi positif untuk mententramkan suasana. Ia tahu tempat kapan ia
harus mengeluarkan emosi positif – negative.
Selain
peran Kecerdasan emosi, ada yang namanya Adversity Qoutient.
Menurut Stotz (2007), AQ sebagai
bentuk respon individu terhadap kesulitan dan pengendalian terhadap respon yang
konsisten tidak terlepas dari bagaimana individu menyikapi situasi yang menekan
dalam kehidupannya.
Contoh: Atasan memarahi anda
karena laporan yang tidak akurat. Lalu bagaimana tanggapan anda? Apakah anda
akan membenci atasan karena menganggapnya kejam. Atau anda justru akan
menanggapi kejadian itu sebagai pembelajaran artinya anda melakukan intropeksi
dan berusaha memperbaikinya.
JOB SATISFACTION
Kepuasan
kerja dapat dikonseptualisasikan sebagai sikap individu terhadap pekerjaannya
(Alam, 2009). Kepuasan kerja merupakan suatu kedaan yang berkaitan dengan
reaksi emosional dan persepsi seseorang yang telah mendapatkan kebutuhan dan
permintaan yang diinginkan dari pekerjaan yang telah dilakukan (Dizgah et al.,
2012).
Apa
kaitan EQ, AQ, Grit dengan Job Satisfaction?
Ketika
kita ingin mendapatkan kepuasan kerja tentunya kita harus memahami bagaimana
usaha kita dan bagaimana cara kita berhubungan dengan rekan kerja. Ketika kita
sudah dapat memahami kemampuan diri kita dan mencoba bekerja keras untuk
mendapatkan apa yang menjadi tujuan kita, maka akan tercipta Job Satisfaction.
Selain
berusaha memahami kemampuan diri sendiri, kita harus dapat menjalin hubungan
yang baik dengan rekan kerja (misalnya atasan) karena mereka berperan dalam job
satisfaction kita.
Hasil
penelitian terkait EQ:
Virk
(2011) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa emosi memainkan peran
penting dalam kepuasan kerja, manajer yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
lebih puas dengan pekerjaan mereka daripada manajer yang memiliki kecerdasan
emosional yang rendah.
Referensi:
Journal
of Personality and Social Psychology, 2007, Vol. 92, No. 6, 1087–1101 Copyright
2007 by the American Psychological Association 0022-3514/07/$12.00 DOI:
10.1037/0022-3514.92.6.1087
Utami
et,al/ Hubungan antara Optimisme dengan Adversity
http://www.darmawanaji.com/bakat-saja-tidak-cukup/
Grit A
Look at Individual and Organizational Passion and Perseverance (June,
2015).
Buku
"Berkarier di era global" by AN Ubaedy
Komentar
Posting Komentar