Business Process pada Usaha Warung Kelontong



BAB I
Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangun dalam segala bidang, salah satunya adalah di bidang perekonomian. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa opstimis, Indonesia dapat masuk dalam jajaran negara maju di 2025 (beritasatu.com, 2012). Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia. Majunya perekonomian di Indonesia tidak lepas dari peran masyarakat yang melakukan usaha di bidang perekonomian baik itu usaha dengan ruang lingkup besar, menengah maupun kecil. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2017 rasio wirausaha di Indonesia telah mencapai lebih dari 3,1 persen, sedangkan ditahun sebelumnya hanya mencapai 1,65 persen (koran-jakarta.com, 2018).

Pada hari Sabtu, 8 September 2018 Saya mewawancarai sepasang suami istri yang memiliki usaha warung sembako dirumahnya. Warung tersebut lebih dikenal masyarakat sekitar dengan sebutan warung kembar karena mereka memiliki anak kembar. Alasan Saya memilih warung kembar karena Saya ingin mengetahui lebih dalam mengenai business process yang mereka jalani, terlebih mereka sudah belasan tahun menjalani usaha warung tersebut. Business process merupakan prosedur yang paling penting dalam laju sebuah usaha, kinerja sebuah usaha sangat bergantung terhadap efisiensi serta efektivitas business process yang dimilikinya.

Warung kembar berdirik sejak tahun 2003 dilatar belakangi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka agar dapat bertahan pada zaman yang terus berubah. Mereka memulai usahanya dengan menjual perlengkapan alat tulis kantor (ATK) dengan modal awal seratus lima puluh ribu rupiah (Rp.150.000). Pak Edi sebelumnya merupakan karyawan di fotocopyan, namun beliau lebih memilih untuk membuka usaha dirumahnya. Seiring bertambahnya permintaan pelanggan, mereka mulai mengembangkan usahanya, seperti menjual makanan matang, sembako, gas, aqua, kering kentang, dan pulsa.


BAB II
Teori

A.   Definisi Psychological Capital

Menurut Luthans, Youssef & Avolio (2007), psychological capital bisa didefinisikan sebagai suatu bentuk perkembangan keadaan psikologis yang positif pada individu dengan karakteristik: (1) memiliki kepercayaan diri untuk memilih dan menyerahkan upaya yang dperlukan agar berhasil pda tugas-tugas yang menantang (self-efficacy); (2) membuat atribusi positif tentang keberhasilan di masa kini dan mendatang (opstimism); (3) tekun dalam mencapai tujuan dan bila diperlukan mengalihkan cara untuk mencapai tujuan dalam rangka meraih keberhasilan (hope), dan; (4) ketika dilanda masalah dan kesulitan, individu dapat bertahap dan bangkit kembali bahkan melampaui keadaan semula untuk mencapai keberhasilan (resilience).

Karakteristik yang membangun psychological capital  saling mempengaruhi satu sama lain sehingga konstruk ini lebih baik diukur sebagai sutu kesatuan. Psychological capital tidak akan menjadi “psychological capital” apabila salah satu dari karakteristiknya tidak ada (Luthans, Youssef & Avolio, 2007).

B.   Definisi Business Process

Menurut Indrajit, et.al (2002, hal 3) proses bisnis (Business Process) adalah sejumlah aktivitas yang mengubah sejumlah input menjadi sejumlah output (barang dan Jasa) untuk orang-orang lain atau proses yang menggunakan orang dan alat. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan para pelanggan akan produk atau jasa yang lebih baik dan lebih baik lagi. produk atau jasa yang diinginkan pelanggan biasanya adalah produk atau jasa dengan harga yang murah, kualitas baik dan waktu pelayanan yang cepat. Sehingga dengan melakukan perbaikan proses bisnis, maka kepuasan pelanggan diharapkan akan dapat terpenuhi.

Business Process meliputi input, proses, output, outcome, dan impact:

1.     Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh organisasi untuk dapat terjadinya      output. Dalam input ada istilah “4M” yaitu man, matrial, machine, dan money.

2. Proses adalah bagaimana mengelola dan mengatur input sebagai fungsi objek manajemen melalui planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) sehingga menghasilkan output yang bagus.

3.    Output adalah hasil langsung yang dapat dirasakan dari suatu proses

4. Outcaome adalah efek jangka panjang dari proses tersebut berupa manfaat atau harapan perubahan

5.   Impact adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan, atau kepentingan umum lainnya yang dinilai oleh pencapaian kinerja setiap indicator dalam suatau kegiatan. Pada umumnya indikator dampak tidak bisa terukur dalam waktu dekat dan hasil pengukurannya akan lebih baik jika dilakukan oleh pihak pengguna layanan


BAB III
Metodologi

Profil penjual:
Nama: Ibu Umi Ani (51 tahun)dan Pak Edy Saridal (54 tahun)
Jenis Usaha: Warung Kelontong di Rumah
Tempat: Perumahan Kranggan Permai, Bekasi.



BAB IV
Analisis dan Saran


Business Process:
INPUT – PROSES – OUTPUT – OUTCOME – IMPACT

        Warung ‘Kembar’ berdiri pada tahun 2003, tidak memiliki karyawan luar melainkan keluarga mereka sendiri yang terdiri dari Ibu, Bapak, dan tiga anak. Modal awal pada saat itu sebesar Rp. 150.000,. Mereka bekerjasama dengan pihak lain untuk pemasokan barang-barang yang akan dijual. Pada tahun 2003 – 2007 mereka hanya menyediakan alat tulis kerja (ATK).

Pada tahun 2007, Ibu Ani mulai mengembangkan usahanya dengan menjual makanan matang. Berawal dari sekelompok anak muda yang mengontrak didekat warungnya, meminta untuk dibuatkan masakan, selain itu juga banyaknya permintaan dari tetangga sekitar. Ibu Ani membuat resep makanannya sendiri dan ia selalu menyediakan menu-menu makanan yang bervariasi Tidak hanya melayani pelanggan yang datang langsung, namun ia juga menerima panggilan telepon yang nantinya akan ia antarkan langsung kerumah pelanggan. Masakan yang dibuatnya tergolong fresh dan biasanya ia baru membuatkan makanan setelah ada pesanan.

Pada tahun 2011, mereka mengembangkan usahanya lagi dengan menyediakan sembako, gas, dan aqua. Pada saat itu persediaannya belum banyak seperti saat ini. Ia memasok sembako dari toko grosiran langganannya, sedangkan untuk aqua dan gas diantarkan pihak kedua ke warungnya. Saat ini, ia mengatakan bahwa jumlah aqua dan gas yang ia sediakan sudah mencapai 100pcs. Selain itu ia juga bekerjasama dengan pihak laundry.

Pada tahun 2014, Ibu Ani mulai berinovasi dengan membuat kering kentang, Awalnya ia hanya menawarkan kepada tentangga sekitar, akhirnya ada beberapa tentangga yang menjadi tim marketing penjualan kering kentang. Pada awal produksinya mencapai seribu toples kentang kering. Kini, kering kentang milik Ibu Ani sudah sampai luar negeri. Namun ia mengatakan bahwa produksi kering kentangnya semakin menurun lantaran beberapa tim marketing sudah out.

Seiring perkembangan tahun, ia mulai memperbaiki pelayanannya (service), ia menyediakan jasa antar gas dan aqua jarak dekat – jarak jauh dan pemasangan tabung gas. Pelanggan tetapnya tidak hanya tetangga sekitar melaikan masyarakat disekitar wilayah Kranggan. Cara pemasaran yang ia lakukan adalah mouth to mouth marketing. Jumlah pengeluaran setiap bulannya sebesar Rp.17.500.000 dengan permasukan per bulan Rp.21.000.000 sehingga total pemasukan bersihnya sebesar Rp.3.500.000.

Usaha yang mereka jalani saat ini sudah mampu mendidikan anak-anaknya hingga sarjana, membeli rumah dan mentingkatkan rumahnya.

Psychological Capital

Self-efficacy: Karakteristik self-efficacy yang dimiliki Pak Edy dan Ibu Ani berdasarkan hasil wawancara yaitu mereka menentukan target yang tinggi bagi dirinya. Pak Edy lebih memilih untuk membuka usahanya sendiri dibandingkan bekerja dibawah orang lain. Ibu Ani juga menerima tantangan dari masyarakat sekitar untuk mengembangkan usahanya seperti membuat makanan dan menjual kentang kering.

Optimism: Karakteristik optimisme pada Ibu Ani yang saya dapat dari hasil wawancara yaitu ketika beliau mencoba untuk usaha kering kentang, awalnya hanya ingin memasarkan pada tetangga sekitar. Ibu Ani rajin memasarkan kering kentangnya ke ibu-ibu berkarier dengan tujuan agar mendapatkan banyak konsumen. Tidak disangka, diawal produksinya mencapai seribu toples dan kini kering kentangnya sampai ke luar negeri. Ibu Ani percaya bahwa kemampuan yang ia miliki dalam bidang memasak mampu membawanya mencapai goals yang telah dibuat.

Hope: Sejak awal berjualan, mereka selalu yakin dapat menjalankan usahanya terlebih usahanya merupakan passion yang mereka miliki. Tidak hanya itu mereka juga mempunyai keinginan untuk selalu meng-upgrade usahanya.

Resilience: Mempertahankan sebuah usaha hingga belasan tahun bukanlah hal yang mudah, dari hasil wawancara yang saya dapat diketahui bahwa mereka mempunyai pesaing bisnis. Adanya warung lain yang serupa sempat menurunkan omset penjualan mereka. Namun mereka bangkit kembali dengan cara meng-upgrade usaha yang tidak dimiliki pesaing yaitu menjual gas dan aqua. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa mereka meningkatkan dan menjaga servis kepada pelanggan.





Saran: 
·        Membuka toko sembako ditempat yang menjadi lalu lalang masyarakat sekitar.
·        Mulai membuat tim marketing baru agar produk-produk yang dibuat meningkat.
·        Dapat melakukan pemasaran secara online.


Referensi:
Mikko, M. (2012). Hubungan Antara Psychological Capital dan Komitmen Organisasi Pada Perawat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN PSIKOLOGI BARAT DAN TIMUR

Pengantar Psikologi Bisnis

Analisis Film Door to Door